Lunturnya Adab Abikat Pengaruh Globalisasi
Salah satu faktor kunci keberhasilan suatu bangsa adalah kemajuan dan perkembangan pendidikan yang berkualitas. Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk berinteraksi satu sama lain, yang dapat menghasilkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif, tergantung pada kemampuan individu dalam menempatkan diri di dalam lingkungan sosial. Oleh karena itu, penggunaan etika komunikasi yang tepat sangat penting untuk menciptakan hubungan yang harmonis. Komunikasi yang positif akan menghasilkan dampak yang konstruktif, sedangkan komunikasi yang negatif seringkali berujung pada perselisihan. Kesadaran bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri mendorong kita untuk membangun relasi yang saling mendukung.
Di era globalisasi saat ini, banyak individu yang cenderung mengucapkan apa pun tanpa mempertimbangkan konsekuensi dari ucapan tersebut. Menurut Andersson dan Hirsch (1985, dalam Rosidin, 2010), terdapat tiga syarat untuk mengklasifikasikan suatu kata atau ungkapan sebagai kata makian: (1) merujuk pada tabu atau stigma yang mencerminkan ketidakberterimaan sosial dalam suatu budaya, (2) tidak dapat ditafsirkan secara harfiah, dan (3) berfungsi untuk mengekspresikan emosi dan sikap yang kuat. Berbagai faktor dapat mempengaruhi kebiasaan perilaku, terutama di lingkungan di mana individu sering terpapar dengan ucapan dan tindakan orang-orang di sekitar mereka. Hal ini menyebabkan mereka dapat dengan mudah meniru perilaku tersebut, sehingga sulit untuk mengontrol diri dalam menentukan mana yang seharusnya ditiru dan mana yang sebaiknya dihindari.
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kebiasaan ini atau biasa yang disebut dengan abussive language bisa terjadi, antara lain;
- Keluarga. Tempat di mana individu pertama kali tumbuh dan berinteraksi. Kebiasaan yang ditanamkan oleh orang tua, baik ayah maupun ibu, sangat mempengaruhi perkembangan. Beberapa keluarga menerapkan pendekatan yang tegas, yang membuat anak-anak merasa tidak berani menggunakan bahasa kasar. Di sisi lain, ada juga orang tua yang membiarkan anak-anak menggunakan bahasa tersebut sebagai bentuk keakraban dengan teman.
- Lingkungan memiliki peran penting dalam pembentukan karakter individu, karena banyak hal yang dapat dipelajari dari lingkungan sekitar, termasuk kebiasaan bermain, bercanda, dan interaksi sosial lainnya. Perilaku, ucapan, dan tindakan orang-orang di sekitarnya memberikan banyak contoh yang dapat ditiru secara tidak langsung. Dengan demikian, individu sering kali meniru perilaku yang mereka amati dari orang lain di lingkungan mereka.
- Media sosial memiliki pengaruh yang signifikan, terutama dalam cara anak-anak berkomunikasi, baik lisan maupun tulisan. Di era sekarang, banyak anak yang memiliki ponsel pribadi, sehingga mereka dengan mudah dapat mengakses berbagai kata-kata dan ungkapan yang kurang baik. Hal ini membuka kemungkinan bagi mereka untuk meniru perilaku dan bahasa yang tidak pantas yang mereka temui di platform tersebut.
Oleh karena itu, untuk meminimalkan kebiasaan buruk tersebut, penting untuk memberikan peringatan secara halus pada saat itu juga agar individu tidak mengulangi perilaku yang sama di lain kesempatan. Dalam beberapa kasus, teguran yang lebih tegas mungkin diperlukan sebagai penegasan bahwa kata-kata tersebut tidak pantas untuk diucapkan. Saling mengingatkan satu sama lain juga sangat penting, mengingat bahwa faktor lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap pemilihan dan penggunaan bahasa. Ada istilah “tiga kata ajaib” dimana merujuk pada kata-kata yang memiliki dampak signifikan dalam interaksi sosial, yaitu “tolong,” “maaf,” dan “terima kasih.” Ketiga kata ini menekankan pentingnya komunikasi yang baik dan berkontribusi pada perkembangan karakter, khususnya pada anak usia dini, dengan cara mendorong mereka untuk mengembangkan kepribadian yang positif (Sakinah, 2022). Pendidikan moral terbukti dapat mempengaruhi sikap dan perilaku individu (Mutiani, 2021). Oleh karena itu, salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pendidikan adalah mendorong peserta didik untuk secara konsisten mengucapkan kata “terima kasih,” “tolong,” dan “maaf” (Cahyaningrum, 2018). Dengan membiasakan diri untuk mengucapkan kata tersebut, individu tidak hanya akan dihargai oleh orang lain, tetapi juga akan membentuk karakter yang positif yang akan bermanfaat di masa depan.
Dengan demikian, banyak individu yang sudah mampu berpikir kritis, sehingga mereka dapat memilah mana perilaku yang baik untuk ditiru dan mana yang sebaiknya dihindari. Pertemanan memang memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan individu, hubungan yang positif dapat mendorong perubahan ke arah yang baik, sementara hubungan yang negatif dapat menyebabkan dampak sebaliknya. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk memiliki kesadaran diri yang tinggi dan kemampuan untuk memilih lingkungan sosial yang mendukung pertumbuhan karakter yang positif.
Referensi:
KAGANGA KOMUNIKA: Journal of Communication Science. (n.d.). http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA
Armita, D. & Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. (2023). Bahasa kasar (Abussive Language) dan dampaknya bagi perkembangan perilaku anak. In Rosyada: Islamic Guidance and Counseling (Vol. 4, Issue 1, pp. 37–40).
Mawarda, M., 1*, & Ummaya, Z. (2024). Penggunaan 3 kata ajaib terhadap pembentukan karakter pada siswa kelas V SD Negeri 19 Pemulutan. In Journal of Human And Education & Fakultas Sosial Humaniora, Universitas Bina Darma, Journal of Human and Education (Vol. 4, Issue 1, pp. 270–274) [Journal-article]. https://jahe.or.id/index.php/jahe/index
Nihayah, U., 1, Putri, S. A., 2, Hidayat, R., 3, & UIN Walisongo Semarang. (2021). Konsep Memaafkan dalam Psikologi Positif. In Indonesian Journal of Counseling and Development (Vol. 3, Issue 2, pp. 108–119). https://doi.org/10.32939/ijcd.v3i1.1031
Salim, M. F., Iman, T. R., & Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Teknologi Sumbawa. (2022). PENGGUNAAN BAHASA KASAR OLEH REMAJA LAKI-LAKI BTN KARANG DIMA INDAH SUMBAWA DALAM PERGAULANNYA [Journal-article]. Volume 4 Nomor 2, 87–89. http://jurnal.uts.ac.id/index.php/KAGANGA
Penulis: Andita Mutiara Hutami Putri Satiagraha