Narapsi#3—Mengenal dan Membenahi Diri Melalui Seni: Workshop Art Therapy oleh Departemen Kerohanian Himapsi UNY

Louise Boergeois, seniman kontemporer asal Amerika dalam sebuah wawancara pada tahun 1994 pernah menyebutkan bahwa, “Art is restoration: the idea is to repair the damages that are inflicted in life, to make something that is fragmented — which is what fear and anxiety do to a person — into something whole.” Kutipan ini menggambarkan definisi seni yang menarik dan bermakna. Seni yang merupakan penyaluran ide kreatif manusia ternyata dapat menjadi ruang untuk memperbaiki diri dan menyatukan kembali perasaan negatif yang memecah.
Melihat ranah psikologi baru-baru ini, kutipan di atas menjadi lebih relevan lagi dan dikenal lebih luas dengan istilah art therapy, yang mengintegrasikan proses kreatif, pelepasan emosi negatif, dan peningkatan kesejahteraan psikologis manusia. Art therapy dapat menjadi bentuk katarsis yang cocok bagi individu yang sulit mengekspresikan emosi melalui lisan atau verbal.
Dalam upaya untuk mengenalkan art therapy kepada khalayak yang lebih luas, Departemen Kerohanian HIMAPSI UNY menjalankan program kerja “Workshop Art Therapy”, yang dilaksanakan pada Sabtu, 17 Mei 2025 di Djamboeri Coffee, Banguntapan, Bantul, DIY. Dalam pelaksanaannya, workshop ini berjalan dan difasilitasi langsung oleh Art Healing, sebuah komunitas yang bergerak dibidang art therapy sejak 2023 di Yogyakarta.
Workshop ini mengusung tema “Layers of Me” dengan tujuan bahwa peserta dapat mengenali berbagai sisi dalam dirinya yang terkadang tidak disadari. Harapannya setelah mengenali berbagai sisi dalam dirinya, peserta juga dapat menerima dan mengekspresikannya dengan baik melalui media kreatif.

Diikuti oleh 20 peserta yang merupakan mahasiswa aktif psikologi UNY. Workshop ini berjalan dengan suasana damai dan tenang. Acara dimulai dengan psikoedukasi oleh fasilitator, Ibu Ajeng Anggraini, M. Psi., Psikolog yang mengajak peserta untuk merefleksikan diri tentang perannya sebagai mahasiswa, bagaimana sikap mereka dalam menghadapi tekanan atau permasalahan yang dialami, serta cara yang mereka terapkan untuk coping mechanism. Kemudian, Ibu Ajeng mengajak peserta untuk merefleksikan “Apakah coping mechanism yang dipakai selama ini sudah sesuai? Bagaimana dengan mencoba media seni sebagai coping mechanism?”
Acara selanjutnya mulai memasuki art session, di mana peserta dipersilahkan untuk mengenali media seni yang dipakai yaitu kuas, cat, dan kanvas serta mencoba-coba membiasakan media tersebut. Selama sesi ini, peserta diminta untuk melukiskan apa yang mereka rasakan, keluhkan, atau inginkan dari diri mereka sendiri. Satu hal yang perlu diingat dalam sesi ini, peserta tidak dituntut untuk menghasilkan karya yang bagus, tetapi lebih ditekankan pada proses melukis dan apa yang dirasa selama sesi ini berlangsung.
Sesi selanjutnya adalah sharing session, di mana peserta dikumpulkan dalam beberapa kelompok kemudian masing-masing dari mereka akan menceritakan tentang apa yang mereka rasakan selama art session serta perihal lukisan yang telah dibuatnya. Sesi ini berjalan dengan sangat damai dan tenang, peserta nampak lebih lega daripada sebelum workshop ini terlaksana. Sejalan dengan penuturan ketua pelaksana Workshop Art Therapy pasca acara terlaksana.
“Saya rasa banyak peserta merasa lebih ringan dan terkoneksi dengan diri sendiri setelah mengikuti kegiatan ini. Mungkin, ada yang menemukan sisi emosional yang sebelumnya tidak disadari atau merasa lega karena bisa menyalurkan perasaannya lewat karya seni. Secara umum, saya melihat mereka pulang dengan wajah yang lebih tenang dan hati yang lebih hangat. Selain itu, acara ini juga dinikmati dengan hal-hal positif dari mereka yang menjadikan ruang ini sebagai hobby dan healing-nya.” ungkap Nadya, Ketua Pelaksana Workshop Art Therapy.
Selesainya workshop tersebut, ia pun turut menuturkan perasaannya.
“Perasaan saya bisa dibilang senang dan bangga? Akan tetapi, lebih didominasi oleh rasa syukur. Melihat peserta terlibat secara emosional dan merespon dengan antusias membuat saya merasa bahwa proses panjang selama persiapan acara benar-benar terbayar. Acara ini bukan hanya berhasil secara teknis, tapi juga berdampak secara emosional dan itu sangat berarti bagi saya. Tentunya acara ini juga dipersiapkan oleh teman-temen Departman Kerohanian yang sudah mencurahkan kerja kerasnya pada acara Workshop Art Therapy.” tambahnya.
Penulis: Taufiq Nur Rizky Pratama
Penyunting: Monica Nur Romadhoni, Aisyah Hira Elbadar