Etika dan Efektivitas: Kajian Psikologis terhadap Penggunaan Sistem Robot dalam Identifikasi Kesehatan Mental di Lingkungan Kerja

Teknologi dan Robot dalam Dunia Kerja dan Psikolog

Perkembangan teknologi dan robotika telah mengubah tatanan dunia secara signifikan, termasuk dunia kerja. Robotika melibatkan pengembangan dan penggunaan robot serta sistem otomasi untuk berbagai aplikasi industri. Teknologi ini digunakan untuk meningkatkan efisiensi kerja, meminimalisir biaya, dan melakukan tugas-tugas yang memerlukan ketelitian tinggi. Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi robotika digunakan untuk fungsi-fungsi operasional dan aplikasi yang lebih kompleks, termasuk dalam bidang kesehatan mental yang biasanya ditangani oleh profesional secara langsung. 

Psikolog adalah profesional yang mempelajari perilaku manusia dan proses mental. Psikolog memiliki peran penting dalam mengevaluasi, mendiagnosis, dan melakukan pendampingan berbagai kondisi psikologis melalui terapi dan konseling. Dalam lingkungan kerja, psikolog lebih berfokus pada dukungan kesehatan mental, mengembangkan program kesehatan, dan menangani isu-isu yang berkaitan dengan stres, kecemasan, dan work-life balance.

Setiap lingkungan kerja pasti ingin memberikan fasilitas terbaik untuk karyawannya. Dengan kemajuan zaman dan teknologi, kita dapat memanfaatkan teknologi tersebut. Contohnya, penggunaan sistem robot untuk membuat karyawan lebih bahagia dan nyaman saat bekerja. Saat ini, sudah ada teknologi yang dapat mendeteksi kesehatan mental. Namun, seberapa besar potensinya? Apakah hasilnya cukup akurat? Dan apakah teknologi ini aman untuk semua  karyawan?

Potensi Penggunaan Sistem Robot dalam Mendeteksi Kesehatan Mental

Sistem robot, seperti chatbots berbasis AI, berfungsi sebagai asisten virtual yang mampu berinteraksi dengan karyawan untuk memberikan penilaian awal dan dukungan emosional. Misalnya seperti robot pendamping, baik fisik maupun virtual, yang membantu mengurangi stres dan memberikan dukungan emosional. Selain itu, sistem analisis data yang menganalisis pola perilaku dan komunikasi, untuk mendeteksi masalah kesehatan mental. Teknologi ini dapat mengenali tanda-tanda awal stres, kecemasan, atau depresi dengan memproses data secara real-time dan memberikan masukan serta rekomendasi dukungan. Potensi teknologi ini mencakup deteksi dini dan dukungan yang lebih terjangkau bagi karyawan. Namun, meskipun sistem robot mampu mendeteksi masalah kesehatan mental, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti: 

  1. Tingkat akurasi sistem, keakuratan sistem robot dalam mendeteksi masalah kesehatan mental bisa sangat bervariasi. Beberapa sistem robot dapat mendeteksi stres dan kecemasan dengan akurasi tinggi, sementara sistem robot yang lainnya kurang efektif dalam membedakan antara berbagai kondisi kesehatan mental. Hal ini tergantung pada kualitas data yang digunakan untuk melatihnya, desain algoritma, dan  bagaimana pengguna berinteraksi dengan sistem robot tersebut.
  2. Kekhawatiran etis terhadap privasi, penggunaan sistem robot untuk mengidentifikasi kesehatan mental mengakibatkan beberapa kekhawatiran etika, terutama terkait dengan privasi. Pengumpulan dan analisis data pribadi yang sensitif memerlukan perlindungan yang ketat untuk mencegah pelanggaran data privasi. Aspek lainnya, seperti transparansi dalam pengumpulan data, penggunaan data sesuai dengan persetujuan, dan potensi risiko bahwa data dapat diakses tanpa izin pengguna. Selain itu, privasi data merupakan isu utama dalam penggunaan sistem robot. Data karyawan harus dilindungi dengan enkripsi dan kontrol akses yang ketat serta perusahaan dan karyawan juga harus mematuhi peraturan yang ada untuk menjaga kepercayaan dan privasi. 
  3. Keterbatasan dan bias dalam algoritma yang digunakan dalam sistem robot dapat memiliki keterbatasan dan bias, yang tentunya dapat mempengaruhi akurasi deteksi dan menghasilkan hasil yang tidak akurat.
  4. Potensi dehumanisasi dan isolasi sosial, penggunaan sistem robot untuk kesehatan mental bisa menyebabkan dehumanisasi. Karyawan mungkin merasa bahwa interaksi dengan robot tidak bisa menggantikan interaksi yang diperlukan antar manusia. Ketergantungan pada teknologi juga dapat mengurangi interaksi sosial yang diperlukan untuk kesehatan mental.
  5. Dampak pada hubungan kerja, beberapa penelitian menunjukkan bahwa karyawan merasa lebih didukung dan merasa puas dengan adanya teknologi ini. Di sisi lain terdapat pula kekhawatiran bahwa penggunaan sistem robot dapat mengurangi interaksi sosial dan mempengaruhi dinamika tim. Namun, kita juga memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami efek jangka panjang dan keseimbangan antara dukungan teknologi dan interaksi manusia.

Teori Coping Stress dalam penggunaan sistem robot dalam lingkungan kerja

Kita dapat menggunakan teori psikologi, seperti  teori coping stress untuk menganalisis bagaimana sistem robot dapat membantu manajemen stres dan coping mechanism karyawan serta dampaknya terhadap kesejahteraan mental. Menurut Lazarus dan Folkman ( dalam Smet, 1994: 143), perilaku coping merupakan proses di mana individu berusaha untuk mengelola jarak antara tuntutan (baik dari individu maupun tuntutan dari lingkungan) dengan sumber daya yang mereka miliki untuk menghadapi situasi stres. 

Memperkenalkan sistem robot ke dalam lingkungan kerja untuk mendeteksi kesehatan mental dapat dianggap sebagai pemicu stress baru. Hal ini bisa muncul dari perubahan rutinitas kerja, kekhawatiran tentang privasi, dan ketidakpastian mengenai efektivitas teknologi.  Lazarus dan Folkman (Gerald C. Davison, 2010: 276) mengidentifikasikan dua bentuk strategi coping, yaitu:

a. Koping yang berfokus pada masalah. 

Dalam kasus ini, beberapa langkah yang dapat diambil dapat berupa, 1) Mempelajari teknologi, karyawan berusaha memahami cara kerja sistem robot untuk mengurangi ketidakpastian; 2) Mencari dukungan teknis dan memberikan masukan, karyawan dapat meminta bantuan dari rekan kerja untuk menyelesaikan masalah teknis dan memberikan masukan kepada perusahaan agar sistem robot menjadi lebih efektif.

b. Koping yang berfokus pada emosi. 

Dalam kasus ini, beberapa strategi yang bisa diterapkan meliputi, 1) Mencari dukungan sosial, di mana karyawan dapat berbicara dengan teman, keluarga, atau rekan kerja tentang kekhawatiran mereka terkait penggunaan sistem robot; 2) Menggunakan teknik relaksasi  dan menghindari situasi, karyawan dapat melakukan meditasi atau yoga untuk mengurangi stress serta menghindari penggunaan sistem robot sementara jika merasa tidak nyaman. 

Bagaimana Peran Psikologi dalam Menghadapi Situasi Ini? 

Psikologi berperan penting dalam menghadapi tantangan yang muncul dari penggunaan sistem robotik dalam kesehatan mental. Psikolog dapat membantu merancang dan menerapkan sistem robotik dengan mempertimbangkan aspek etika dan psikologis, serta mengidentifikasi potensi bias dalam algoritma. Mereka juga memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan tanpa mengorbankan privasi atau interaksi sosial. Selain itu, psikolog dapat berkontribusi dalam mengintegrasikan intervensi manusia dan dukungan teknologi yang diperlukan untuk kesehatan secara keseluruhan.

Kesimpulan terhadap Efektivitas dan Implikasi Penggunaan Sistem Robot dan Lingkungan Kerja

Penggunaan sistem robotik untuk mengidentifikasi kesehatan mental memiliki manfaat seperti kecepatan dan aksesibilitas, tetapi juga menimbulkan tantangan etika dan praktis. Efektivitas suatu sistem harus mencakup akurasi dalam mendeteksi masalah kesehatan mental dan dampaknya terhadap hubungan kerja. Hal-hal seperti perlindungan privasi, bias algoritma, dan potensi dehumanisasi harus diperhatikan dengan serius. Perusahaan perlu memastikan bahwa penggunaan sistem robot mengikuti standar etika dan peraturan perlindungan data. 

Integrasi antara teknologi dan dukungan kesehatan mental tradisional harus dilakukan dengan hati-hati untuk mengurangi dampak negatif dan meningkatkan manfaat bagi karyawan. Psikolog memainkan peran penting dalam memastikan teknologi diterapkan secara efektif dan etis di tempat kerja. Selain itu, aspek psikologis seperti stres dan coping mechanism juga perlu dipertimbangkan. Dengan menerapkan strategi yang tepat, perusahaan dapat memaksimalkan manfaat teknologi ini sambil meminimalkan dampak negatifnya.

Penulis: Virzie Putri Sidabalok

Penyunting: Dzahabiyyah Adyana Nugroho & Isabella Maya Novitri