Home Sweet Loan terkait Kebutuhan Dasar pada Manusia: Pendekatan Psikologi Berdasarkan Hierarki Kebutuhan Maslow

Belakangan ini, ada satu film produksi Indonesia yang tengah naik daun karena memiliki amanat yang sangat berharga. Film ini sangat relevan dengan kehidupan berbagai kalangan, terutama pada sandwich generation. Home Sweet Loan, hadir dengan menyuguhkan kisah penuh haru dan perjuangan tentang impian yang sering kali terasa jauh dari genggaman. Dalam cerita ini, tokohnya bermimpi ingin memiliki rumah impian yang kerap menjadi impian banyak orang. Film ini mengisahkan perjalanan hidup Kaluna, gadis sandwich generation yang berjuang mati-matian untuk mewujudkan mimpinya di tengah derasnya tekanan ekonomi dan beban tuntutan sosial dari keluarganya.

Film ini menyajikan potret realita yang begitu relevan dengan kehidupan banyak orang, terutama generasi muda di perkotaan yang harus bergulat dengan tingginya harga properti dan ketatnya persaingan di dunia kerja. Lebih dari sekadar hiburan, film ini juga melontarkan kritik juga sindiran halus terhadap situasi ekonomi yang menuntut banyak individu bekerja tanpa henti hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti memiliki tempat tinggal. Di balik cerita ini, tersirat pesan mengenai pentingnya keseimbangan antara mengejar mimpi dan menjaga kualitas hidup, sehingga setiap orang dapat meraih kesejahteraan dalam hidupnya.

Membahas tentang kebutuhan dasar, ketika seseorang berhasil memenuhinya, kondisi tersebut dapat membuka peluang untuk mereka merasakan kesejahteraan hidup yang lebih baik. Permasalahan yang dihadapi oleh Kaluna dalam film Home Sweet Loan ini, dapat dianalisis menggunakan salah satu teori terkenal dalam psikologi, yaitu Teori Hierarki Kebutuhan Maslow.

Apa itu Teori Hierarki Kebutuhan Maslow?

Teori Hierarki Kebutuhan adalah konsep yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, seorang psikolog klinis yang terkenal hingga saat ini. Maslow memperkenalkan teori tentang kebutuhan manusia yang berjenjang, dikenal sebagai Teori Maslow atau Hierarki Kebutuhan Manusia. Teori ini menguraikan 5 kebutuhan manusia berdasarkan tingkat kepentingannya.

Menurut teori Maslow, setiap individu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya secara bertahap. Proses ini dimulai dari kebutuhan yang paling mendasar, yakni kebutuhan fisiologis, kemudian naik ke tingkat selanjutnya setelah kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi, begitu seterusnya hingga kebutuhan paling tinggi yakni aktualisasi diri (Surmawan, 2011).  Ketika seseorang mampu memenuhi kebutuhan dasar, ia berada dalam kondisi yang lebih baik untuk merasakan kesejahteraan hidup atau yang disebut aktualisasi diri.

Gambar Hierarki Kebutuhan Maslow

Gambar tersebut menunjukkan bahwa hierarki kebutuhan manusia pada dasarnya dipenuhi secara bertahap, mengikuti jenjang dan tingkatannya. Individu akan memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dahulu. Apabila kebutuhan dasar telah terpenuhi maka individu cenderung beralih ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa kebutuhan pada tingkatan yang sama dapat muncul kembali di waktu yang akan datang, tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi.

Teori kebutuhan Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki lima tingkatan atau hierarki kebutuhan yang harus dipenuhi secara bertahap, yaitu: 1) Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs), merupakan kebutuhan paling dasar yang diperlukan untuk bertahan hidup, seperti makan, minum, tidur, pakaian, dan bernapas; 2) Kebutuhan Rasa Aman (Safety Needs), yaitu kebutuhan tingkat dua setelah kebutuhan dasar, di mana manusia memerlukan rasa aman, baik secara fisik maupun mental. Kebutuhan ini meliputi perlindungan dari ancaman bahaya, stabilitas hidup, keamanan finansial, serta perlindungan psikologis dan intelektual; 3) Kebutuhan Sosial (Social Needs), merupakan kebutuhan untuk merasa dimiliki dan diterima oleh orang di sekitarnya, ini mencakup membangun hubungan intim, keakraban dengan keluarga, dan menjalin relasi dengan orang lain; 4) Kebutuhan Pengakuan (Esteem Needs), yaitu kebutuhan untuk dihargai dan dihormati oleh orang lain. Manusia berusaha untuk mencapai prestasi, mendapatkan pengakuan, membangun reputasi, dan meraih status sosial tertentu; 5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self-actualization Needs), merupakan kebutuhan pada tingkat tertinggi, yaitu kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan, dan keterampilan yang dimilikinya. Kebutuhan ini meliputi mengemukakan ide, memberikan kritik, pengembangan diri, dan pemenuhan nillai-nilai ideologis.

Dengan tingkatan kebutuhan yang dijelaskan Maslow, seseorang dapat memahami dan mengetahui motivasi mereka untuk memenuhi kebutuhan tertentu atau meningkatkan aspek tertentu di dalam hidupnya, sehingga mudah untuk memberi rangsangan yang tepat guna mendukung pemenuhan kebutuhan tersebut (Robert L. Mathis, 2010). Meskipun bersifat teoritis, pemikiran Maslow tentang hierarki kebutuhan telah memberikan fondasi yang kuat  bagi pengembangan teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan manusia.

Dalam film Home Sweet Loan, berbagai aspek kehidupan ditampilkan secara mendetail, mulai dari kesulitan ekonomi, tekanan sosial, hingga dinamika hubungan keluarga yang kompleks. Film ini secara tidak langsung memberikan pemahaman lebih lanjut tentang kebutuhan dan aspirasi manusia yang bisa dianalisis melalui teori hierarki kebutuhan Abraham Maslow.

Dalam film ini, pemeran utama Kaluna digambarkan berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan finansial dasar atau fisiologisnya demi memiliki rumah sendiri. Kepemilikan rumah merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia, yang berkaitan erat dengan dua tingkatan awal dalam hierarki Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, individu sering kali kesulitan untuk merasa aman, baik secara fisik maupun psikologis.

Ketidakpastian finansial yang dialami Kaluna dalam film  Home Sweet Loan menjadi penghambat bagi pemenuhan kebutuhan sosial dan penghargaan. Dalam perjuangannya, Kaluna terjebak dalam upaya bertahan hidup dan mencari stabilitas, sehingga sulit baginya untuk melangkah ke tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi.  Situasi ini menggambarkan bagaimana kegagalan memenuhi kebutuhan dasar akan berdampak pada motivasi seseorang dalam mencapai kepuasan hidup di tingkatan kebutuhan yang lebih tinggi, termasuk aktualisasi diri. Dalam film ini, Kaluna menghadapi dilema antara kebutuhan keamanan jangka panjang dan kebutuhan sosial, yang menunjukkan betapa krusialnya pemenuhan kebutuhan dasar sebelum ia bisa sepenuhnya berfokus pada aspirasi yang lebih tinggi dalam hidup. Film ini memberikan pesan bahwa dalam mencapai impian besar, seseorang harus melalui setiap tahapan dalam hierarki Maslow, mulai dari kebutuhan paling mendasar hingga aktualisasi diri.

Selain kebutuhan dasar, Kaluna juga menghadapi permasalahan pada kebutuhan rasa aman. Ketika ia mencoba membeli rumah, ia dihadapkan pada ketidakpastian finansial, termasuk ketakutan akan hutang dan tantangan ekonomi yang dihadapi keluarganya. Kondisi ini menggambarkan bagaimana kebutuhan akan rasa aman, baik secara fisik maupun finansial, sangat memengaruhi pengambilan keputusan dan ketenangan hidupnya. Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan ini sering kali menyebabkan stres dan kecemasan, yang terlihat dalam karakter tersebut saat ia bergulat dengan dilema keuangan.

Kemudian dalam aspek kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki juga muncul dalam bentuk hubungan sosial dengan keluarga dan teman-teman yang memberikan dukungan selama proses sulit ini. Kaluna memerlukan dukungan emosional dari orang-orang di sekitarnya untuk merasa diterima dan dihargai, terutama saat ia mengalami tekanan besar. Hal ini sesuai dengan tingkatan ketiga dalam hierarki Maslow, di mana hubungan sosial dan ikatan emosional memiliki  peran penting dalam menciptakan kesejahteraan seseorang.

Dalam proses mencapai tujuannya untuk memiliki rumah, Kaluna tidak hanya berusaha memenuhi kebutuhan fisik tetapi juga kebutuhan akan harga diri. Ia berusaha memenuhi kebutuhan akan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan sekitarnya, termasuk dari mantan pacarnya yang meremehkan impiannya hingga membuat Kaluna sedih. Untuk memenuhi kebutuhan akan aktualisasi diri, terlihat melalui tekad tokoh utama untuk mencapai impiannya meskipun harus melewati banyak rintangan. Proses panjang dan perjuangan yang dilalui oleh Kaluna menunjukkan usahanya untuk mewujudkan potensinya serta mencapai tujuan hidup yang bermakna. Dalam konteks ini, memiliki rumah tidak hanya sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga melambangkan pencapaian diri yang membuat hidupnya terasa lebih terpenuhi.